Selasa, 06 April 2010

Kelompok Sosial

Diposting oleh Bina Yuliawati di 08.02

In-Group dan Out-Group


Dalam proses sosialisasi, kelompok sosial merupakan tempat di mana individu mengidentifikasikan dirinya sebagai in-groupnya. Jelas bahwa apabila suatu kelompok sosial merupakan “in-group” atau tidak bersifat relatif dan tergantung pada situasi-situasi sosial tertentu. Out-group diartikan oleh individu sebagai kelompok yang menjadi lawan in-group-nya. Ia sering dikaitkan dengan istilah-istilah “kami atau kita” dan “mereka”, seperti “kita warga RT 001” sedangkan “mereka warga RT 002. Sikap-sikap in-group pada umumnya didasarkan pada faktor simpati dan selalu mempunyai perasaan dekat dngan anggota-anggota kelompok.


Sikap out-group selalu ditandai dengan suatu kelainan yang berwujud antagonisme atau antipati. Perasaan in-group dan out-group atau perasaan dalam serta luar kelompok dapat merupakan dasar suatu sikap yang dinamakan etnosentrisme. Anggota-anggota suatu kelompok sosial tertentu sedikit banyak akan mempunyai kecenderungan untuk menganggap bahwa segala sesuatu yang termasuk dalam kebiasaan-kebiasaan kelompoknya sendiri sebagai sesuatu yang terbaik apabila dibandingkan dengan kebiasaan-kebiasaan kelompok lainnya. Kecenderungan tadi disebut entosentrisme, yaitu suatu sikap untuk menilai unsur-unsur kebudayaan lain dengan mempergunakan ukuran-ukuran kebudayaan sendiri. Sikap etnosentris tadi sering disamakan dengan sikap mempercayai sesuatu sehingga kadang-kadang sukar sekali bagi yang bersangkutan untuk mengubahnya, walaupun dia menyadari bahwa sikapnya salah. Sikap etnosentris disosialisasikan atau diajarkan kepada anggota kelompok sosial, sadar maupun tidak sadar, serentak dengan nilai-nilai kebudayaan yang lain. Di dalam proses tersebut sering kali digunakan stereotip, yakni gambaran atau anggapan-anggapan yang bersifat mengejek terhadap suatu objek tertentu. Keadaan demikian sering kali dijumpai dalam sikap suatu kelompok etnis terhadap kelompok etnis lainnya misalnya golongan orang-orang berkulit putih terhadap orang-orang Negro di Amerika Serikat.


In-group dan out-group dapat dijumpai di semua masyarakat, walaupun kepentingan-kepentingannya tidak selalu sama.



Kelompok primer dan Kelompok Sekunder



Menurut Cooley, kelompok primer adalah kelompok-kelompok yang ditandai ciri-ciri kenal-mengenal antara anggota-anggotanya serta kerjasama erat yang bersifat pribadi. Sebagai salah satu hasil hubungan yang erat dan bersifat pribadi tadi adalah peleburan individu-individu ke dalam kelompok-kelompok sehingga tujuan individu menjadi tujuan kelompok juga. Sudah tentu secara mutlak tidak dapat dikatakan bahwa kehidupan serta hubungan antara anggota kelompok akan selalu harmonis. Tentu adakalanya terjadi perbedaan-perbedaan paham, bahkan pertentangan. Namun semuanya itu demi kepentingan kelompok juga. Secara singkat, kelompok primer adalah kelompok-kelompok kecil yang agak langgeng (permanen) dan berdasarkan kenal-mengenal secara pribadi antara sesama anggotanya.


Teori Cooley di atas agak membingungkan. Agar dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai teori Cooley tersebut, maka terutama akan dibicarakan hal-hal antara lain :

a. Kondisi-kondisi fisik dari kelompok primer

b. Sifat hubungan-hubungan primer

c. Kelompok-kelompok yang kongkret dan hubungan-hubungan primer


a. Konsep Cooley mengenai hubungan saling mengenal belum cukup untuk menerangkan persyaratan penting bagi adanya suatu kelompok primer. Syarat-syarat yang sangat penting adalah, pertama bahwa anggota kelompok tersebut secara fisik berdekatan satu dengan lainnya. Kedua bahwa kelompok tersebut adalah kecil. Ketiga adalah adanya suatu kelanggengan hubungan antar anggota kelompok yang bersangkutan. Agar terjadi hubungan yang akrab, individu-individu yang bersangkutan mau tidak mau secara fisik harus saling mengenal. Saling berbicara dan saling melihat merupakan saluran utama untuk pertukaran pikiran, cita-cita maupun perasaan. Kenal-mengenal secara fisik memberi kemungkinan terbentuknya kelompok primer. Tetapi hal itu tergantung dari kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan oleh kebudayaan masyarakat bersangkutan.


b. Salah satu sifat utama hubungan-hubungan primer adalah kesamaan tujuan dari individu-individu yang tergabung di dalam kelompok tadi. Persamaan tujuan dapat mempunyai dua arti. Pertama, individu yang bersangkutan mempunyai keinginan dan sikap yang sama sehingga mereka berusaha untuk mencapai tujuan yang sama pula.Kedua, salah satu pihak bersedia untuk berkorban demi kepentingan pihak lain. Secara ideal, hubungan primer dianggap sebagai tujuan atau sebagai suatu nilai sosial yang harus dicapai. Berarti hubungan tersebut bersifat sukarela. Hubungan primer bersifat pribadi dalam arti bahwa hubungan tersebut melekat pada kepribadian seseorang dan tidak dapat diganti oleh orang lain.


Hubungan primer juga bersifat inklusif artinya apabila seseorang mengadakan hubungan primer dengan orang lain, maksudnya adalah orang tersebut dengan segala sesuatu yang menyangkut dia. Oleh karena itu, suatu kelanggengan dalam hubungan merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan. Itu semuanya didasarkan pada kesukarelaan dari pihak-pihak yang mengadakan hubungan satu dengan lainnya.


c. Di dalam kehidupan sosial tidak ada kelompok primer yang memenuhi persyaratan secara sempurna. Hal ini dapat terlihat dari kenyataan bahwa dalam setiap masyarakat terdapat norma dan nilai-nilai sosial yang paling tidak bersifat memaksa, yang mengatur pergaulan hidup manusia. Hubungan primer murni masih dapat dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang sederhana organisasinya, misalnya di desa.


Kelompok sekunder adalah kelompok-kelompok besar yang terdiri dari banyak orang. Hubungannnya tidak perlu berdasarkan kenal-mengenal secara pribadi dan sifatnya juga tidak begitu langgeng.


Dalam kelompok primer, individu mengidentifikasikan dirinya dengan orang-orang lain, memperoleh kebebasan, merasakan rasa cinta dan keadilan. Tanpa itu semua, kelompok sekunder seolah-olah merupakan pohon tanpa akar yang sewaktu-waktu dapat tumbang. Dapat disimpulkan bahwa syarat-syarat dan sifat-sifat kelompok primer dan kelompok sekunder saling mengisi dan dalam kenyataan tidak dapat dipisah-pisahkan secara mutlak.



Paguyuban dan Patembayan



Paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang telah dikodratkan. Bentuk Paguyuban akan dapat dijumpai di dalam keluarga, kelompok kerabatan, rukun tetangga dan lain sebagainya.


Patembayan merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin. Bentuk patembayan terutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal-balik. Contohnya adalah ikatan antara pedagang, organisasi dalam suatu pabrik, dan lain-lain.


Di dalam paguyuban terdapat suatu kemauan bersama, ada suatu pengertian, serta kaidah-kaidah yang timbul dengan sendirinya dari kelompok tersebut. Apabila terjadi pertentangan anatar anggota suatu paguyuban, pertentangan tersebut tidak akan dapat diatasi dalam suatu hal saja.


Keadaan yang agak berbeda akan dijumpai pada patembayan, di mana terdapat public life yang artinya bahwa hubungannya bersifat untuk semua orang. Pertentangan-pertentangan yang terjadi antara anggota dapat dibatasi pada bidang-bidang tertentu sehingga suatu persoalan dapat dilokalisasi.


Tiga tipe paguyuban, yaitu sebagai berikut :

1. Paguyuban karena ikatan darah, paguyuban yang merupakan ikatan yang didasarkan pada ikatan darah atau keturunan, contoh : keluarga, kelompok kekerabatan.


2. Paguyuban karena tempat, yaitu suatu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga dapat saling tolong-menolong. Contoh : rukun tetangga, rukun warga, arisan.


3. Paguyuban karena jiwa pikiran, yang merupakan suatu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang walaupun tidak mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggalnya tidak berdekatan, tetapi mereka mempunyai jiwa dan pikiran yang sama, ideology yang sama.



Formal Group dan Informal Group


Formal group merupakan keberadaan tata cara untuk memobilisasikan dan mengoordinasikan usaha-usaha, yang mencapai tujuan berdasarkan bagian-bagian organisasi yang bersifat spesialisasi. Apabila hubungan-hubungan antaranggota formal group dan semua kegiatan didasarkan pada aturan-aturan yang sebelumnya sudah ditentukan, tidak semua masalah dapat ditanggulangi.


Informal group tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu atau pasti. kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulang kali dan itu menjadi dasar bagi bertemunya kepentingan-kepentingan dan pengalaman yang sama. Contohnya klik.


Menurut Max Weber yang mengembangkan teori birokrasi, organisasi-organisasi yang dibentuk menurut cara-cara birokrasi mempunyai ciri sebagi berikut :


a. Tugas-tugas organisasi didistribusikan dalam beberapa posisi yang merupakan tugas-tugas jabatan. Secara implisit terjadi pembagian kerja sehingga terjadi spesialisasi.


b. Posisi-posisi dalam organisasi terdiri dari hierarki struktur wewenang. Hierarki berwujud sebagai piramida di mana setiap jabatan bertanggung jawab terhadap bawahan mengenai keputusan dan pelaksanaan.


c. Suatu sistem peraturan menguasai keputusan-keputusan dan pelaksanaan.


d. Unsur staf yang merupakan pejabat bertugas memelihara organisasi dan khususnya keteraturan komunikasi.


e. Para pejabat berharap bahwa hubungan dengan bawahan dan pihak lain bersifat orientasi impersonal.


f. Penyelenggaraan kepegawaian didasarkan pada karier. Kepegawaian ditekankan pada kualifikasi teknis daripada faktor-faktor politik, kekerabatan, atau koneksi.



Membership Group dan Reference Group


Membership group merupakan kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Untuk membedakan secara tegas keanggotaan atas dasar derajat interaksi tersebut, maka dikemukakan istilah nominal group-ember dan peripheral group-member. Seorang anggota nominal group dianggap oleh anggota-anggota lain sebagai seseorang yang masih berinteraksi dengan kelompok sosial yang bersangkutan, tetapi interaksinya tidak intens. Seorang anggota peripheral group seolah-olah sudah tidak berhubungan lagi dengan kelompok yang bersangkutan sehingga kelompok tersebut tidak mempunyai kekuasaan apa pun juga atas anggota tadi.


Ukuran utama bagi keanggotaan seseorang adalah interaksinya dengan kelompok sosial tersebut, termasuk para anggotanya. Kriteria tersebut yang paling tidak tergantung pada keadaan menimbulkan ketidakpastian pada ukuran-ukuran apakah yang dipakai bagi seseorang yang bukan anggota kelompok tersebut. Beberapa kategori kelompok “bukan angggota” :


a. Orang-orang bukan anggota sesuatu membership group yang tidak memenuhi syarat dapat dibedakan dari bukan anggota yang memenuhi syarat. Tetapi tidak berafiliasi dengan kelompok yang bersangkutan.


b. Sikap terhadap keanggotan kelompok


c. Kelompok terbuka dan tertutup

Kelompok-kelompok tertutup biasanya ingin mempertahankan pola-pola interaksi yang telah ada sehingga keanggotaanya terbatas. Misalnya, kelompok-kelompok atas dasar kepentingan-kepentingan yang sama atau keahlian yang sama. Kelompok terbuka misalnya partai politik yang ingin mempunyai pengikut sebanyak-banyaknya.


d. Ukuran waktu bagi bukan anggota



Reference group adalah kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Dengan kata lain, seorang yang bukan anggota kelompok sosial bersangkutan mengidentifikasi dirinya dengan kelompok tadi. Misalnya, seseorang yang ingin sekali menjadi mahasiswa, tetapi gagal memenuhi persyaratan untuk memasuki salah satu perguruan tinggi, bertingkah laku sebagai mahasiswa, walaupun dia bukan mahasiswa.


Robert K. Merton dengan menyebut beberapa hasil karya Harrold H. Kelley, Shibutani, dan Ralph H. Turner mengemukakan adanya dua tipe umum reference group, yakni :


a. Tipe normative yang menentukan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang. Merupakan sumber nilai bagi individu, baik yang menjadi anggota maupun bukan anggota kelompok. Misalnya adalah anggota angkatan bersenjata yang berpegang teguh pada tradisi yang telah dipelihara oleh para veteran.


b. Tipe perbandingan yang merupakan pegangan bagi individu di dalam menilai kepribadiannya. Digunakan sebagai perbandingan untuk menentukan kedudukan seseorang. Misalnya status ekonomis seseorang dibandingkan dengan status ekonomis dari orang-orang yang semasyarakat.


Apabila teori reference group dihubungkan dengan non-membership sebagaimana diterangkan di atas, akan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :


a. Bukan anggota yang memenuhi syarat (disebut juga sebagai calon anggota) mempunyai kecendrungan untuk mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok, di mana kemudian dia menjadi anggota.


b. Bukan anggota yang bersikap masa bodoh tidak menganggap kelompok sebagai reference group-nya.


c. Bukan anggota yang tetap tidak ingin menjadi anggota, tetap menganggap suatu kelompok sebagai reference group-nya.


d. Perbedaan antara bekas anggota dengan mereka yang bukan anggota merupakan hal yang penting karena kenyataan bahwa pada umumnya bekas-bekas anggota tidak akan mau menganggap bekas kelompoknya sebagai reference group-nya karena apada umumnya penanggalan keanggotaan didasarkan pada kenyataan adanya konflik antara kepentingan-kepentingan kelompok.



Kelompok Okupasional dan Volunter


Kelompok Okupasional adalah kelompok yang muncul karena semakin memudanya fungsi kekerabatan, di mana kelompok ini timbul karena anggotanya memiliki pekerjaan yang sejenis. Kelompok-kelompok semacam ini kemudian sangat besar peranannya di dalam mengarahkan kepribadian seseorang (terutama yang menjadi anggota). Contohnya kelompok profesi, seperti asosiasi sarjana farmasi, ikatan dokter Indonesia, dan lain-lain.


Kelompok Volunter adalah kelompok orang yang memiliki kepentingan sama, namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat. Melalui kelompok ini diharapkan akan dapat memenuhi kepentingan anggotanya secara individual tanpa mengganggu kepentingan masyarakat secara umum. Kelompok-kelompok volunter itu mungkin dilandaskan pada kepentingan-kepentingan primer. Kepentingan primer harus dipenuhi, karena manusia harus dapat hidup wajar. Kepentingan primer mencakup :


1. Kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan

2. Kebutuhan akan keselamatan jiwa dan harta benda

3. Kebutuhan akan harga diri

4. Kebutuhan untuk dapat mengembangkan potensi diri

5. Kebutuhan akan kasih sayang

0 komentar on "Kelompok Sosial"

Posting Komentar

Selasa, 06 April 2010

Kelompok Sosial

In-Group dan Out-Group


Dalam proses sosialisasi, kelompok sosial merupakan tempat di mana individu mengidentifikasikan dirinya sebagai in-groupnya. Jelas bahwa apabila suatu kelompok sosial merupakan “in-group” atau tidak bersifat relatif dan tergantung pada situasi-situasi sosial tertentu. Out-group diartikan oleh individu sebagai kelompok yang menjadi lawan in-group-nya. Ia sering dikaitkan dengan istilah-istilah “kami atau kita” dan “mereka”, seperti “kita warga RT 001” sedangkan “mereka warga RT 002. Sikap-sikap in-group pada umumnya didasarkan pada faktor simpati dan selalu mempunyai perasaan dekat dngan anggota-anggota kelompok.


Sikap out-group selalu ditandai dengan suatu kelainan yang berwujud antagonisme atau antipati. Perasaan in-group dan out-group atau perasaan dalam serta luar kelompok dapat merupakan dasar suatu sikap yang dinamakan etnosentrisme. Anggota-anggota suatu kelompok sosial tertentu sedikit banyak akan mempunyai kecenderungan untuk menganggap bahwa segala sesuatu yang termasuk dalam kebiasaan-kebiasaan kelompoknya sendiri sebagai sesuatu yang terbaik apabila dibandingkan dengan kebiasaan-kebiasaan kelompok lainnya. Kecenderungan tadi disebut entosentrisme, yaitu suatu sikap untuk menilai unsur-unsur kebudayaan lain dengan mempergunakan ukuran-ukuran kebudayaan sendiri. Sikap etnosentris tadi sering disamakan dengan sikap mempercayai sesuatu sehingga kadang-kadang sukar sekali bagi yang bersangkutan untuk mengubahnya, walaupun dia menyadari bahwa sikapnya salah. Sikap etnosentris disosialisasikan atau diajarkan kepada anggota kelompok sosial, sadar maupun tidak sadar, serentak dengan nilai-nilai kebudayaan yang lain. Di dalam proses tersebut sering kali digunakan stereotip, yakni gambaran atau anggapan-anggapan yang bersifat mengejek terhadap suatu objek tertentu. Keadaan demikian sering kali dijumpai dalam sikap suatu kelompok etnis terhadap kelompok etnis lainnya misalnya golongan orang-orang berkulit putih terhadap orang-orang Negro di Amerika Serikat.


In-group dan out-group dapat dijumpai di semua masyarakat, walaupun kepentingan-kepentingannya tidak selalu sama.



Kelompok primer dan Kelompok Sekunder



Menurut Cooley, kelompok primer adalah kelompok-kelompok yang ditandai ciri-ciri kenal-mengenal antara anggota-anggotanya serta kerjasama erat yang bersifat pribadi. Sebagai salah satu hasil hubungan yang erat dan bersifat pribadi tadi adalah peleburan individu-individu ke dalam kelompok-kelompok sehingga tujuan individu menjadi tujuan kelompok juga. Sudah tentu secara mutlak tidak dapat dikatakan bahwa kehidupan serta hubungan antara anggota kelompok akan selalu harmonis. Tentu adakalanya terjadi perbedaan-perbedaan paham, bahkan pertentangan. Namun semuanya itu demi kepentingan kelompok juga. Secara singkat, kelompok primer adalah kelompok-kelompok kecil yang agak langgeng (permanen) dan berdasarkan kenal-mengenal secara pribadi antara sesama anggotanya.


Teori Cooley di atas agak membingungkan. Agar dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai teori Cooley tersebut, maka terutama akan dibicarakan hal-hal antara lain :

a. Kondisi-kondisi fisik dari kelompok primer

b. Sifat hubungan-hubungan primer

c. Kelompok-kelompok yang kongkret dan hubungan-hubungan primer


a. Konsep Cooley mengenai hubungan saling mengenal belum cukup untuk menerangkan persyaratan penting bagi adanya suatu kelompok primer. Syarat-syarat yang sangat penting adalah, pertama bahwa anggota kelompok tersebut secara fisik berdekatan satu dengan lainnya. Kedua bahwa kelompok tersebut adalah kecil. Ketiga adalah adanya suatu kelanggengan hubungan antar anggota kelompok yang bersangkutan. Agar terjadi hubungan yang akrab, individu-individu yang bersangkutan mau tidak mau secara fisik harus saling mengenal. Saling berbicara dan saling melihat merupakan saluran utama untuk pertukaran pikiran, cita-cita maupun perasaan. Kenal-mengenal secara fisik memberi kemungkinan terbentuknya kelompok primer. Tetapi hal itu tergantung dari kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan oleh kebudayaan masyarakat bersangkutan.


b. Salah satu sifat utama hubungan-hubungan primer adalah kesamaan tujuan dari individu-individu yang tergabung di dalam kelompok tadi. Persamaan tujuan dapat mempunyai dua arti. Pertama, individu yang bersangkutan mempunyai keinginan dan sikap yang sama sehingga mereka berusaha untuk mencapai tujuan yang sama pula.Kedua, salah satu pihak bersedia untuk berkorban demi kepentingan pihak lain. Secara ideal, hubungan primer dianggap sebagai tujuan atau sebagai suatu nilai sosial yang harus dicapai. Berarti hubungan tersebut bersifat sukarela. Hubungan primer bersifat pribadi dalam arti bahwa hubungan tersebut melekat pada kepribadian seseorang dan tidak dapat diganti oleh orang lain.


Hubungan primer juga bersifat inklusif artinya apabila seseorang mengadakan hubungan primer dengan orang lain, maksudnya adalah orang tersebut dengan segala sesuatu yang menyangkut dia. Oleh karena itu, suatu kelanggengan dalam hubungan merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan. Itu semuanya didasarkan pada kesukarelaan dari pihak-pihak yang mengadakan hubungan satu dengan lainnya.


c. Di dalam kehidupan sosial tidak ada kelompok primer yang memenuhi persyaratan secara sempurna. Hal ini dapat terlihat dari kenyataan bahwa dalam setiap masyarakat terdapat norma dan nilai-nilai sosial yang paling tidak bersifat memaksa, yang mengatur pergaulan hidup manusia. Hubungan primer murni masih dapat dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang sederhana organisasinya, misalnya di desa.


Kelompok sekunder adalah kelompok-kelompok besar yang terdiri dari banyak orang. Hubungannnya tidak perlu berdasarkan kenal-mengenal secara pribadi dan sifatnya juga tidak begitu langgeng.


Dalam kelompok primer, individu mengidentifikasikan dirinya dengan orang-orang lain, memperoleh kebebasan, merasakan rasa cinta dan keadilan. Tanpa itu semua, kelompok sekunder seolah-olah merupakan pohon tanpa akar yang sewaktu-waktu dapat tumbang. Dapat disimpulkan bahwa syarat-syarat dan sifat-sifat kelompok primer dan kelompok sekunder saling mengisi dan dalam kenyataan tidak dapat dipisah-pisahkan secara mutlak.



Paguyuban dan Patembayan



Paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang telah dikodratkan. Bentuk Paguyuban akan dapat dijumpai di dalam keluarga, kelompok kerabatan, rukun tetangga dan lain sebagainya.


Patembayan merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin. Bentuk patembayan terutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal-balik. Contohnya adalah ikatan antara pedagang, organisasi dalam suatu pabrik, dan lain-lain.


Di dalam paguyuban terdapat suatu kemauan bersama, ada suatu pengertian, serta kaidah-kaidah yang timbul dengan sendirinya dari kelompok tersebut. Apabila terjadi pertentangan anatar anggota suatu paguyuban, pertentangan tersebut tidak akan dapat diatasi dalam suatu hal saja.


Keadaan yang agak berbeda akan dijumpai pada patembayan, di mana terdapat public life yang artinya bahwa hubungannya bersifat untuk semua orang. Pertentangan-pertentangan yang terjadi antara anggota dapat dibatasi pada bidang-bidang tertentu sehingga suatu persoalan dapat dilokalisasi.


Tiga tipe paguyuban, yaitu sebagai berikut :

1. Paguyuban karena ikatan darah, paguyuban yang merupakan ikatan yang didasarkan pada ikatan darah atau keturunan, contoh : keluarga, kelompok kekerabatan.


2. Paguyuban karena tempat, yaitu suatu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga dapat saling tolong-menolong. Contoh : rukun tetangga, rukun warga, arisan.


3. Paguyuban karena jiwa pikiran, yang merupakan suatu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang walaupun tidak mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggalnya tidak berdekatan, tetapi mereka mempunyai jiwa dan pikiran yang sama, ideology yang sama.



Formal Group dan Informal Group


Formal group merupakan keberadaan tata cara untuk memobilisasikan dan mengoordinasikan usaha-usaha, yang mencapai tujuan berdasarkan bagian-bagian organisasi yang bersifat spesialisasi. Apabila hubungan-hubungan antaranggota formal group dan semua kegiatan didasarkan pada aturan-aturan yang sebelumnya sudah ditentukan, tidak semua masalah dapat ditanggulangi.


Informal group tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu atau pasti. kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulang kali dan itu menjadi dasar bagi bertemunya kepentingan-kepentingan dan pengalaman yang sama. Contohnya klik.


Menurut Max Weber yang mengembangkan teori birokrasi, organisasi-organisasi yang dibentuk menurut cara-cara birokrasi mempunyai ciri sebagi berikut :


a. Tugas-tugas organisasi didistribusikan dalam beberapa posisi yang merupakan tugas-tugas jabatan. Secara implisit terjadi pembagian kerja sehingga terjadi spesialisasi.


b. Posisi-posisi dalam organisasi terdiri dari hierarki struktur wewenang. Hierarki berwujud sebagai piramida di mana setiap jabatan bertanggung jawab terhadap bawahan mengenai keputusan dan pelaksanaan.


c. Suatu sistem peraturan menguasai keputusan-keputusan dan pelaksanaan.


d. Unsur staf yang merupakan pejabat bertugas memelihara organisasi dan khususnya keteraturan komunikasi.


e. Para pejabat berharap bahwa hubungan dengan bawahan dan pihak lain bersifat orientasi impersonal.


f. Penyelenggaraan kepegawaian didasarkan pada karier. Kepegawaian ditekankan pada kualifikasi teknis daripada faktor-faktor politik, kekerabatan, atau koneksi.



Membership Group dan Reference Group


Membership group merupakan kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Untuk membedakan secara tegas keanggotaan atas dasar derajat interaksi tersebut, maka dikemukakan istilah nominal group-ember dan peripheral group-member. Seorang anggota nominal group dianggap oleh anggota-anggota lain sebagai seseorang yang masih berinteraksi dengan kelompok sosial yang bersangkutan, tetapi interaksinya tidak intens. Seorang anggota peripheral group seolah-olah sudah tidak berhubungan lagi dengan kelompok yang bersangkutan sehingga kelompok tersebut tidak mempunyai kekuasaan apa pun juga atas anggota tadi.


Ukuran utama bagi keanggotaan seseorang adalah interaksinya dengan kelompok sosial tersebut, termasuk para anggotanya. Kriteria tersebut yang paling tidak tergantung pada keadaan menimbulkan ketidakpastian pada ukuran-ukuran apakah yang dipakai bagi seseorang yang bukan anggota kelompok tersebut. Beberapa kategori kelompok “bukan angggota” :


a. Orang-orang bukan anggota sesuatu membership group yang tidak memenuhi syarat dapat dibedakan dari bukan anggota yang memenuhi syarat. Tetapi tidak berafiliasi dengan kelompok yang bersangkutan.


b. Sikap terhadap keanggotan kelompok


c. Kelompok terbuka dan tertutup

Kelompok-kelompok tertutup biasanya ingin mempertahankan pola-pola interaksi yang telah ada sehingga keanggotaanya terbatas. Misalnya, kelompok-kelompok atas dasar kepentingan-kepentingan yang sama atau keahlian yang sama. Kelompok terbuka misalnya partai politik yang ingin mempunyai pengikut sebanyak-banyaknya.


d. Ukuran waktu bagi bukan anggota



Reference group adalah kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Dengan kata lain, seorang yang bukan anggota kelompok sosial bersangkutan mengidentifikasi dirinya dengan kelompok tadi. Misalnya, seseorang yang ingin sekali menjadi mahasiswa, tetapi gagal memenuhi persyaratan untuk memasuki salah satu perguruan tinggi, bertingkah laku sebagai mahasiswa, walaupun dia bukan mahasiswa.


Robert K. Merton dengan menyebut beberapa hasil karya Harrold H. Kelley, Shibutani, dan Ralph H. Turner mengemukakan adanya dua tipe umum reference group, yakni :


a. Tipe normative yang menentukan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang. Merupakan sumber nilai bagi individu, baik yang menjadi anggota maupun bukan anggota kelompok. Misalnya adalah anggota angkatan bersenjata yang berpegang teguh pada tradisi yang telah dipelihara oleh para veteran.


b. Tipe perbandingan yang merupakan pegangan bagi individu di dalam menilai kepribadiannya. Digunakan sebagai perbandingan untuk menentukan kedudukan seseorang. Misalnya status ekonomis seseorang dibandingkan dengan status ekonomis dari orang-orang yang semasyarakat.


Apabila teori reference group dihubungkan dengan non-membership sebagaimana diterangkan di atas, akan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :


a. Bukan anggota yang memenuhi syarat (disebut juga sebagai calon anggota) mempunyai kecendrungan untuk mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok, di mana kemudian dia menjadi anggota.


b. Bukan anggota yang bersikap masa bodoh tidak menganggap kelompok sebagai reference group-nya.


c. Bukan anggota yang tetap tidak ingin menjadi anggota, tetap menganggap suatu kelompok sebagai reference group-nya.


d. Perbedaan antara bekas anggota dengan mereka yang bukan anggota merupakan hal yang penting karena kenyataan bahwa pada umumnya bekas-bekas anggota tidak akan mau menganggap bekas kelompoknya sebagai reference group-nya karena apada umumnya penanggalan keanggotaan didasarkan pada kenyataan adanya konflik antara kepentingan-kepentingan kelompok.



Kelompok Okupasional dan Volunter


Kelompok Okupasional adalah kelompok yang muncul karena semakin memudanya fungsi kekerabatan, di mana kelompok ini timbul karena anggotanya memiliki pekerjaan yang sejenis. Kelompok-kelompok semacam ini kemudian sangat besar peranannya di dalam mengarahkan kepribadian seseorang (terutama yang menjadi anggota). Contohnya kelompok profesi, seperti asosiasi sarjana farmasi, ikatan dokter Indonesia, dan lain-lain.


Kelompok Volunter adalah kelompok orang yang memiliki kepentingan sama, namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat. Melalui kelompok ini diharapkan akan dapat memenuhi kepentingan anggotanya secara individual tanpa mengganggu kepentingan masyarakat secara umum. Kelompok-kelompok volunter itu mungkin dilandaskan pada kepentingan-kepentingan primer. Kepentingan primer harus dipenuhi, karena manusia harus dapat hidup wajar. Kepentingan primer mencakup :


1. Kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan

2. Kebutuhan akan keselamatan jiwa dan harta benda

3. Kebutuhan akan harga diri

4. Kebutuhan untuk dapat mengembangkan potensi diri

5. Kebutuhan akan kasih sayang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

BINA YULIAWATI ~PORTFOLIO~ Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal