
Munas Partai Golkar harus menjadi momentum untuk melaksanakan perubahan yang mendasar dan komprehensif. Salah satunya adalah memformat ulang sistem kenegaraan secara keseluruhan, termasuk persoalan pemilu. Perubahan tersebut tidaklah mungkin akan datang dari tatanan yang ada saat ini.
Karena itu, diperlukan tampilnya kandidat ketua umum Golkar yang memenuhi lima persyaratan. Pertama yaitu punya solusi untuk menghentikan keterpurukan. Kedua, punya “platform” atau paradigma baru untuk mengubah sistem kenegaraan dari otoriter menjadi demokrasi. Sistem yang menjamin kedaulatan rakyat tidak menjadi mainan dan dagang sapi. Ketiga, punya keberanian lebih, termasuk berani berbuat salah sekalipun untuk menghadirkan kebenaran karena selama ini terbelenggu sistem hukum yang ada.
Keempat, punya integritas pribadi yang tinggi yang telah dibuktikan melalui proses hukum nasional maupun internasional yang berlaku. Dan kelima, sosok yang tidak bermasalah atau bagian masalah yang sedang dihadapi bangsa sehingga Partai Golkar tidak terbawa dalam keruwetan masalah pribadi yang akan menghancurkan partai.
Sebagai

Bukan hanya itu, persaingan tidak sehat dan fragmentasi tanpa arah antarlembaga-lembaga politik di bawah payung Golkar sering bersifat kontraproduktif bagi kelembagaan Partai Golkar.
Kedua, menegaskan plaform politik Partai Golkar secara konsisten dan kontinu. Golkar harus menegaskan platform politiknya secara jelas, baik ketika ada di dalam pemerintahan maupun di luar pemerintahan. Sikap abu-abu dan pragmatisme Golkar yang selalu ingin mencapai jalur kekuasaan dengan berbagai cara dalam jangka panjang akan semakin mengaburkan platform politiknya. Itu tentu akan semakin menjadikan Golkar tercerabut dari akar ideologis, soliditas politik, dan memori politik para pendukungnya.
Ketiga, menentukan positioning yang jelas dan tepat kepada segmen pemilih. Dalam arena pertarungan politik modern, Golkar harus memiliki positioning yang jelas. Bandul kekuasaan yang bergerak di luar Partai Golkar mestinya tidak menjadikan Golkar mengorbankan positioning politiknya sehingga menjadikannya jauh dari ingatan pemilih. Posisining dibutuhkan agar publik/pemilih dapat secara jelas memandang posisi Golkar di tengah hiruk-pikuk kekuasaan.
Ketiga hal di atas justru akan lebih penting bagi Golkar pada masa depan daripada terjebak dalam kontroversi figur. Euforia peran figur dalam kancah politik selama dua periode saat ini memang cukup penting. Namun, figur saja tidak cukup. Sebab, dalam format politik modern ke depan, kekuatan figur bagaimanapun tetap memiliki keterbatasan.